Apakah #SobatBerdikari tahu, apa yang dimaksud dengan culture branding? Dari sekian banyak jenis strategi branding yang ada, mungkin culture branding adalah salah satu jenis branding yang sangat jarang diketahui. Sebab, jenis branding terasa sangat soft dan mungkin tidak dirasakan oleh kalangan konsumen, tetapi sangat berpengaruh besar terhadap bisnis.
Lantas, apa yang dimaksud dengan culture branding? Nah, untuk lebih lanjutnya, dalam artikel ini kita akan membahas secara mendalam tentang konsep culture branding, dari jenis-jenisnya, langkah-langkah untuk menerapkannya, serta manfaat yang bisa dapat #SobatBerdikari peroleh jika menerapkan jenis branding ini.
Apa Itu Culture Branding?
Culture branding adalah strategi pemasaran yang fokus pada pembentukan identitas budaya yang kuat dalam perusahaan. Ini melibatkan penanaman nilai-nilai budaya perusahaan ke dalam setiap aspek operasional dan pemasaran yang meliputi produk, layanan, hingga interaksi dengan pelanggan dan karyawan.
Tujuannya adalah untuk membangun hubungan emosional yang mendalam antara merek dan konsumennya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan reputasi merek.
Dalam praktiknya, culture branding dapat terlihat dalam cara perusahaan mengomunikasikan nilai-nilai mereka, bagaimana mereka memperlakukan karyawan dan pelanggan, serta bagaimana produk dan layanan mereka mencerminkan komitmen terhadap budaya tersebut. Ini bisa mencakup segala hal mulai dari desain kemasan produk hingga kampanye pemasaran yang mencerminkan nilai-nilai inti perusahaan.
Jenis-jenis Culture Branding
Strategi branding yang efektif tidak jauh dari nilai-nilai budaya itu sendiri, yaitu pandangan hidup yang dianggap ideal oleh masyarakat. Pandangan ini kemudian menjadi standar, kebiasaan, gaya hidup, atau nilai yang dijunjung tinggi.
Kultur muncul karena adanya kebutuhan atau keinginan yang belum terpenuhi oleh kebiasaan yang ada, sehingga mendorong munculnya inovasi, ide baru, dan gaya hidup baru yang lebih nyaman. Dalam proses terbentuknya kultur ini, strategi branding tidak bisa lepas dari dua elemen penting: culture tension dan brand ideology. Kedua elemen ini berperan simultan dan tidak terpisahkan untuk membangun awareness yang kuat.
Culture Tension
Setiap masyarakat mengalami fase kejenuhan dengan kebiasaan atau budaya lama. Pada tahap ini, brand harus mampu memahami kondisi ini dan mengidentifikasi nilai-nilai yang sedang dicari oleh masyarakat. Memanfaatkan culture tension dengan baik memungkinkan brand untuk menawarkan solusi baru yang relevan dan menarik.
Brand Ideology
Proses ini melibatkan penawaran ide, gagasan, nilai, dan gaya hidup baru kepada masyarakat, sesuai dengan nilai-nilai yang mereka inginkan. Contohnya adalah Apple dengan slogan “Think Different.” Saat pertama kali diluncurkan, Apple mengidentifikasi adanya keinginan dari masyarakat untuk mengekspresikan kreativitas dan individualitas mereka.
Baca Juga: Tips Membuat Tagline untuk Bisnis yang Efektif
Dengan menawarkan produk-produk yang inovatif dan berdesain unik, Apple berhasil menciptakan ideologi bahwa teknologi bukan hanya alat, tetapi juga pernyataan gaya hidup dan identitas. Meskipun banyak perusahaan teknologi lain menawarkan fungsi serupa, ideologi “Think Different” berhasil membedakan Apple dan membangun loyalitas yang kuat di antara penggunanya.
Langkah-langkah Menerapkan Culture Branding
Untuk menerapkan culture branding yang efektif, berikut adalah beberapa langkah yang bisa diikuti:
1. Identifikasi Nilai-nilai Inti Perusahaan
Teliti dan telaah nilai-nilai yang mendasari identitas perusahaan Anda dengan cermat. Pastikan nilai-nilai ini tidak hanya sejalan dengan misi dan visi perusahaan, tetapi juga memiliki akar yang kuat dalam budaya perusahaan yang sebenarnya.
2. Komunikasikan Nilai-nilai Ini
Pastikan bahwa nilai-nilai inti tersebut tidak hanya diuraikan dalam dokumen strategis, tetapi juga dikomunikasikan secara aktif dan konsisten kepada semua pemangku kepentingan, termasuk karyawan, mitra bisnis, dan pelanggan. Jangan lupa untuk menggunakan berbagai saluran komunikasi, seperti rapat karyawan, bulletin perusahaan, platform digital, dan kampanye pemasaran.
3. Integrasikan ke dalam Operasional
Pastikan bahwa nilai-nilai budaya tersebut tidak hanya menjadi slogan kosong, tetapi tercermin dalam setiap aspek operasional perusahaan. Mulai dari desain produk, proses produksi, hingga layanan pelanggan, nilai-nilai tersebut harus menjadi panduan yang ditanamkan dalam setiap keputusan dan tindakan.
4. Libatkan Karyawan dan Pelanggan
Berikan kesempatan kepada karyawan dan pelanggan untuk terlibat dalam pengembangan dan penyebaran budaya merek. Buatlah program partisipasi, seperti sesi brainstorming, survei kepuasan, atau forum diskusi, yang memungkinkan mereka untuk berkontribusi, memberikan umpan balik, dan merasakan kepemilikan terhadap budaya perusahaan.
5. Evaluasi dan Adaptasi
Tetaplah terbuka terhadap umpan balik dari internal dan eksternal, serta perubahan dalam lingkungan bisnis. Lakukan evaluasi rutin terhadap efektivitas strategi culture branding Anda, dan bersedia untuk menyesuaikan dan mengadaptasi pendekatan Anda sesuai kebutuhan. Jangan ragu untuk melakukan perubahan jika diperlukan guna menjaga relevansi dan daya tarik budaya merek Anda di mata karyawan dan pelanggan.
Baca juga: Apa itu Branding dan Mengapa Penting bagi Penjualan?
Manfaat Culture Branding
Menerapkan culture branding yang efektif dapat membawa berbagai manfaat bagi perusahaan, antara lain:
1. Loyalitas Pelanggan yang Lebih Tinggi
Dengan menjalin hubungan emosional yang kuat dengan pelanggan, perusahaan dapat memperkuat ikatan mereka dengan merek dan meningkatkan tingkat kesetiaan serta retensi pelanggan. Ketika pelanggan merasa terhubung dengan nilai-nilai dan budaya yang diusung oleh merek, mereka lebih cenderung tetap setia bahkan di tengah persaingan yang ketat.
Contoh nyata adalah bagaimana merek seperti Starbucks menciptakan pengalaman yang konsisten dan personal bagi pelanggan mereka, yang berkontribusi pada tingginya loyalitas pelanggan. Selain itu, loyalitas yang kuat juga dapat meningkatkan kemungkinan pelanggan merekomendasikan merek kepada orang lain, memperluas jangkauan pemasaran secara organik.
2. Reputasi Merek yang Lebih Baik
Konsistensi dalam culture branding tidak hanya menciptakan citra positif perusahaan, tetapi juga memperkuat reputasi merek di mata publik. Reputasi yang baik membantu perusahaan memperoleh kepercayaan dan pengakuan yang lebih luas. Ketika perusahaan selalu memegang teguh nilai-nilai dan budaya mereka dalam setiap aspek bisnis, konsumen dan masyarakat umum akan lebih mudah mengenali dan menghargai komitmen tersebut.
Contohnya adalah perusahaan seperti Patagonia yang dikenal luas karena komitmen mereka terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, yang telah memperkuat reputasi mereka sebagai merek yang peduli terhadap planet.
3. Keterlibatan Karyawan yang Lebih Tinggi
Ketika karyawan merasa terhubung dengan budaya perusahaan, mereka cenderung lebih termotivasi dan berdedikasi dalam pekerjaan mereka. Hal ini berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan kreativitas dalam organisasi. Culture branding yang kuat dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif di mana karyawan merasa dihargai dan terinspirasi untuk memberikan yang terbaik.
Google, misalnya, dikenal karena budaya kerjanya yang inovatif dan inklusif, yang tidak hanya menarik talenta terbaik tetapi juga menjaga tingkat kepuasan dan keterlibatan karyawan tetap tinggi. Keterlibatan yang tinggi ini juga berpengaruh pada retensi karyawan, mengurangi biaya rekrutmen dan pelatihan yang mahal.
4. Daya Saing yang Lebih Tinggi
Perusahaan dengan culture branding yang kuat memiliki keunggulan kompetitif yang membedakan mereka dari pesaing di pasar. Ini bisa menjadi faktor penentu dalam mempertahankan dan menarik pelanggan serta talenta terbaik. Sebuah brand yang mampu menonjolkan keunikan budayanya di tengah pasar yang ramai akan lebih mudah dikenali dan diingat oleh konsumen.
Apple, dengan budaya inovasinya yang khas, telah berhasil menarik perhatian global dan mempertahankan posisi mereka sebagai pemimpin dalam industri teknologi. Keunggulan kompetitif ini juga membantu dalam membangun strategi harga yang lebih kuat dan memperluas pangsa pasar.
5. Hubungan yang Lebih Baik dengan Komunitas
Dengan menegaskan komitmen terhadap nilai-nilai budaya, perusahaan dapat membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas lokal dan pelanggan mereka. Hal ini menciptakan kesempatan untuk kolaborasi yang bermanfaat dan dukungan yang berkelanjutan dari lingkungan sekitar. Perusahaan yang terlibat aktif dalam kegiatan sosial dan mendukung inisiatif komunitas cenderung mendapatkan dukungan yang lebih besar dari masyarakat.
Misalnya, TOMS Shoes dikenal karena model bisnis “One for One,” di mana setiap pembelian sepasang sepatu juga memberikan sepasang sepatu kepada anak yang membutuhkan. Komitmen seperti ini tidak hanya meningkatkan citra perusahaan tetapi juga menciptakan dampak positif yang nyata di masyarakat.
Baca juga: Inilah Strategi Brand Positioning yang Jitu, 99% Efektif!
Berdikari Media Bantu Perkuat Culture Brandingmu!
Melalui strategi branding yang tepat, kami membantumu dalam membangun identitas budaya yang kuat dan konsisten, meningkatkan keterlibatan dan loyalitas dari audiens kamu. Jangan ragu untuk menghubungi kami di 0812-3329-9937 dan mulailah perjalanan untuk menciptakan koneksi emosional yang mendalam dengan target pasar kamu.
Bersama Berdikari Media, wujudkan budaya perusahaan yang memikat, unik, dan terus melangkah menuju #NextLevel.