Presiden Prabowo Subianto kembali merombak susunan kabinet Merah Putih. Perombakan ini terjadi pada Senin, 8 September 2025. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun. Lantas, bagaimana strategi berinvestasi ketika IHSG koreksi?
Karena adanya tekanan IHSG mencerminkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap dinamika politik dan potensi kebijakan baru yang akan dijalankan para menteri pengganti.
Baca Juga: Awas! 7 Kebiasaan Ini Bikin Susah Kaya, Nomor 3 Sering Dilakukan Banyak Orang
Di satu sisi, reshuffle diharapkan membawa penyegaran dan memperkuat kinerja pemerintahan. Namun, di sisi lain, ketidakpastian sementara dapat memicu fluktuasi di pasar modal.
Apa Itu IHSG dan Bagaimana Sejarahnya?
IHSG menggambarkan rata-rata pergerakan harga dari semua saham yang diperdagangkan di BEI. Jadi, ketika IHSG naik, artinya mayoritas harga saham juga mengalami kenaikan.
Sebaliknya, jika IHSG turun, berarti banyak saham yang sedang melemah. Indeks ini sering dijadikan acuan oleh para investor dan analis untuk memantau arah pasar dan menilai potensi keuntungan.
Tahukah kamu bahwa IHSG sudah ada sejak awal 1980-an? BEI pertama kali memperkenalkan indeks ini pada 1 April 1983. Namun, perhitungan dasarnya dimulai dari 10 Agustus 1982.
Saat itu hanya ada 13 saham yang menjadi komponen awal, dan nilai dasar indeksnya ditetapkan pada 100 poin. Angka inilah yang kemudian menjadi patokan untuk menghitung pergerakan IHSG hingga sekarang.
Bagi kamu yang ingin berinvestasi, IHSG adalah indikator penting untuk memahami kondisi pasar. Ketika IHSG menguat, biasanya menandakan iklim investasi sedang positif, dan banyak investor merasa percaya diri untuk membeli saham.
Fungsi IHSG yang Perlu Diketahui
Sebelum mencari tahu strategi berinvestasi saat IHSG menurun, Kamu harus mengetahui apa saja fungsi IHSG. Jika masih awam, pahami informasi di bawah ini:
1. Alat untuk Mengukur Kinerja Portofolio
Bagi kamu yang sudah memiliki portofolio investasi, entah itu milik pribadi atau perusahaan, IHSG bisa jadi patokan untuk menilai kinerjanya. Portofolio sendiri adalah kumpulan berbagai aset saham yang kamu miliki.
Dengan memantau pergerakan IHSG, kamu bisa memperkirakan apakah saham-saham di dalam portofoliomu sedang menghasilkan keuntungan atau justru berpotensi merugi.
Misalnya, saat IHSG menunjukkan tren kenaikan, besar kemungkinan nilai portofolio kamu ikut bertambah. Sebaliknya, jika indeks melemah, ada peluang sebagian sahammu ikut tertekan.
2. Memantau Pergerakan Pasar Modal Secara Real Time
IHSG juga menjadi cerminan langsung kondisi pasar modal Indonesia. Nilai indeks ini dihitung dari rata-rata harga seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara real time.
Ketika tren IHSG naik, artinya pasar sedang optimis dan banyak saham mengalami penguatan. Sebaliknya, saat IHSG turun, itu bisa menandakan pasar sedang lesu. Tapi perlu diingat, nilai IHSG merupakan angka rata-rata.
Jadi, kamu tetap bisa menemukan saham yang performanya berbeda dari arah pergerakan indeks, baik lebih tinggi maupun lebih rendah.
3. Indikator Perkembangan Ekonomi Nasional
Fungsi lain yang tak kalah penting, IHSG menjadi salah satu indikator kondisi perekonomian suatu negara. Ketika nilai IHSG menguat, biasanya menandakan aliran modal yang baik dan tingkat investasi yang meningkat.
Peningkatan investasi akan memperbesar penerimaan pajak negara karena setiap transaksi saham dikenakan pajak.
Dengan penerimaan pajak yang lebih besar, pemerintah punya ruang untuk menjalankan berbagai kebijakan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya lewat pembangunan infrastruktur atau program sosial.
Strategi Berinvestasi Ketika IHSG Koreksi
Berinvestasi memang menawarkan peluang keuntungan, tetapi risiko kerugian juga selalu ada. Karena itu, kamu perlu menyiapkan strategi berinvestasi ketika IHSG sedang koreksi:
1. Diversifikasi Portofolio
Pernah dengar istilah “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang”? Prinsip itu juga berlaku dalam dunia investasi. Diversifikasi portofolio artinya kamu membagi dana ke beberapa jenis instrumen, misalnya saham, emas, obligasi, atau reksa dana.
Tujuannya sederhana: ketika satu instrumen mengalami penurunan, yang lain bisa menahan kerugian. Misalnya, saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang melemah, harga emas biasanya cenderung menguat. Jadi, kamu tidak merugi.
2. Rutin Memantau Perkembangan Pasar
Selain menyebar investasi, kamu juga perlu aktif mengikuti pergerakan pasar. Memantau harga saham atau tren harga emas secara rutin akan membantu kamu mengambil keputusan tepat, kapan saatnya membeli, menahan, atau menjual aset.
Langkah sederhana seperti membaca berita keuangan setiap pagi atau memanfaatkan aplikasi investasi untuk cek harga sudah cukup membantu. Dengan begitu, kamu bisa lebih sigap merespons perubahan pasar.
3. Tetap Tenang dan Jangan Panik
Ketika pasar sedang bergejolak, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menahan diri. Jangan terburu-buru menjual seluruh saham hanya karena harga turun. Keputusan yang diambil saat panik sering berujung pada kerugian yang sebenarnya bisa dihindari.
Luangkan waktu untuk membaca kondisi pasar dan mencari informasi terkini. Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah penurunan ini hanya sementara atau ada faktor fundamental yang perlu diwaspadai? Dengan begitu, langkah yang diambil lebih tepat.
4. Siapkan Dana Darurat
Dana darurat ibarat payung saat hujan deras. Ketika IHSG menurun dan kondisi ekonomi menjadi tidak stabil, dana cadangan akan sangat membantu menjaga keuanganmu. Pastikan kamu memiliki simpanan minimal setara 3–6 bulan pengeluaran.
Selain itu, hindari berutang ketika pasar sedang tidak menentu. Menambah beban cicilan justru bisa memperburuk keadaan finansialmu.
5. Manfaatkan Kesempatan Membeli Saham di Harga Diskon
Percaya atau tidak, pasar yang sedang turun juga menyimpan peluang. Saat banyak saham melemah, harga menjadi lebih murah. Bagi kamu yang berorientasi pada investasi jangka panjang, kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menambah saham.
Baca Juga: Manfaat Asuransi Bisnis, Bikin Untung atau Buntung?
Namun, ingat untuk selalu memilih saham dengan fundamental yang baik. Lakukan riset mendalam sebelum membeli, agar keputusanmu benar-benar didasari analisis, bukan sekadar ikut-ikutan.
Strategi berinvestasi ketika IHSG tengah turun penting untuk dipahami. Sebab penurunan IHSG bukan akhir dari segalanya. Dengan tetap tenang, memiliki dana darurat, dan jeli melihat peluang membeli saham di harga rendah, kamu bisa untung.